Trend Brand Repetition yang Digunakan Marketplace

Share your love

Seperti yang dapat kita perhatikan, belakangan ini marak brand atau produk yang mengangkat kembali iklan yang pernah populer di tahun sebelumnya. Dengan jingle ataupun slogan yang repetitif sehingga dapat dengan mudah melekat pada benak pelanggan. Selain itu, beberapa marketplace juga membawa hal yang sama dalam melakukan branding lewat repetisi. Lalu, apakah iklan repetitif itu?

Semakin berjamurnya iklan dengan media audio visual mengharuskan pemilik bisnis mempertimbangkan metode yang mampu menghipnotis pasar, salah satunya dengan prinsip repetisi. Repetisi atau pengulangan pesan suatu iklan dapat menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku pelanggan (Kardes, 2011). Sebuah pesan yang diulang secara persisten pada akhirnya akan berakhir dengan diingatnya pesan tersebut. Repetisi pesan pada sebuah iklan cukup memberikan stimulus pada pelanggan dengan menimbulkan rasa tertarik, keinginan dan mendorong pelanggan untuk melakukan pembelian produk.

Namun, repetisi tersebut tetap memiliki batas, dengan jumlah optimum sebuah pengulangan adalah tiga kali. Sementara jika pengulangan  lebih dari tiga kali maka akan terjadi inefisiensi pada pesan tersebut. Selain itu, dalam penelitian Indriarto pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa repetisi dapat meningkatkan niat beli dalam iklan low-price convenience (produk dengan harga jual rendah) tetapi tidak untuk high-price convenience goods (produk dengan harga jual tinggi).

Tidak hanya pesan repetisi sebagai proses stimulasi pelanggan, tetapi model iklan sebuah produk juga mampu membuat pelanggan mengingat pesan yang disampaikan, bahkan pada tingkat tertentu pelanggan sampai mengikuti perilaku model tersebut.

Contohnya beberapa iklan berikut yang mungkin Anda ingat dengan jelas:

  • Sebuah iklan wafer berisi dua anak perempuan dengan percakapan singkat, “Berapa lapis? Ratusan!” ditayangkan dalam tempo yang singkat dengan pengulangan sebanyak tiga kali.
  • Tayangan iklan biskuit dengan sebuah jingle pendek dan didukung oleh gerakan menari yang diulang-ulang. 
  • Dan baru beberapa tahun belakangan ini, sebuah iklan dengan konsep unik yakni syuting iklan dengan menyebutkan nama product berkali kali dengan ejaan yang sengaja dibuat salah, tapi diulang-ulang hingga lebih dari 3 kali.

Penerapan repetisi brand yang dilakukan pada iklan-iklan tersebut sepertinya cukup untuk memberi pesan yang mengikat pada pelanggan, sehingga repetisi pada iklan juga diterapkan oleh banyaj e-commerce di Indonesia baru-baru ini.

Repetisi pada iklan sudah biasa diterapkan sejak dulu. Hal itu menunjukkan bahwa melakukan repetisi brand pada iklan sebenarnya bukan strategi yang baru. Di samping hal tersebut, berkembangnya metode ini didukung dengan kekuatan keyword atau kata kunci dalam beriklan. Iklan dengan kata kunci yang mudah melekat pada benak pelanggan terbukti lebih cepat populer dan berhasil mendorong pertumbuhan branding sebuah produk.

Share your love